Dampak Perkembangan Imperialisme dan Kolonialisme
Kolonialisme dan imperialisme yang dilakukan penjajah membawa berbagai dampak terhadap Bangsa Indonesia. Bersumber dari situs National Geographic, kolonialisme adalah penguasaan suatu kekuasaan terdapat suatu daerah atau orang lain. Hal ini terjadi saat suatu bangsa menaklukkan bangsa, termasuk penduduknya dan mengeksploitasinya.
Sedangkan imperialisme merupakan sebuah praktik pemaksaan kekuasaan atau kekuasaan suatu bangsa terhadap bangsa lainnya dengan tujuan untuk memperluas kekuasaan menggunakan perolehan tanah dan/atau pemaksaan dominasi ekonomi dan politik. Mengacu pada pengertian dari kedua praktik penjajahan tersebut, tentu dampak buruk lebih banyak terjadi dibandingkan dengan dampak baiknya. Bahkan gambaran kejamnya kolonialisme penjajah dituliskan dalam sebuah novel karya Multatuli berjudul Max Havelaar. Baik kolonialisme maupun imperialisme membawa di berbagai sektor kehidupan Bangsa Indonesia, mulai dari politik, ekonomi, hingga budaya dan pendidikan. Berikut ini dampak-dampak dari penjajah terhadap Indonesia semasa penjajahan.
A.
Bidang Politik
dan Struktur Pemerintahan
Bangsa
Barat membawa dampak yang cukup besar dalam dunia politik Indonesia pada masa
penjajahan. Pengaruh penjajah perlahan semakin kuat sehingga mampu
melakukan intervensi masalah internal kerajaan-kerajaan di Nusantara. Hal ini
membuat kekuasaan penguasa Indonesia pada masa tersebut semakin melemah bahkan
hilang.
Perubahan
yang sistem politik dan pemerintahan yang signifikan ini menyebabkan hilangnya
kekuasaan politik dari para penguasa Indonesia ke tangan Belanda. Adapun
beberapa dampak imperialisme dan kolonialisme di Indonesia dari sisi politik
antara lain:
1. Dasar
pemerintahan yang modern yang dibuat Daendels atau Raffles membuat kedudukan
Bupati berubah menjadi pegawai negeri dan digaji, yang semula
merupakan kedudukan adalah turun temurun dan mendapat upeti dari rakyat
menurut adat istiadat.
2. Bupati dijadikan
alat kekuasaan pemerintah kolonial. Pamong praja yang dahulu berdasarkan garis
keturunan sekarang menjadi sistem kepegawaian.
3.
Jawa dijadikan
tempat pusat pemerintahan dan membaginya menjadi wilayah perfektuf.
4. Intervensi
terhadap persoalan kerajaan yang dilakukan oleh Belanda dan Inggris, contohnya
tentang pemilihan raja sehingga imperialis mendominasi politik di Indonesia.
Yang mengakibatkan peranan elite kerajaan berkurang dalam politik, dan
kekuasaan pribumi melemah.
5. Hukum yang dulu
menggunakan hukum adat diubah menggunakan sistem hukum barat modern.
6.
Belanda ikut campur
dalam pengambilan kebijakan raja.
7. Perubahan dalam
politik pemerintahan kembali terjadi akibat kebijakan politik Pax Nederlanica
di akhir abad 19 menuju awal abad 20. Jawa menjadi pusat pemerintahan dan
membaginya menjadi wilayah perfektuf.
Dampak kolonialisme dan imperialisme
penjajah juga masih berpengaruh hingga sekarang. Hal ini terlihat dari sistem
pemerintahan di Indonesia sekarang yang merupakan warisan dari penerapan ajaran
Trias Politica yang dijalankan oleh pemerintah kolonial Belanda.
Dalam badan yudikatif dalam struktur
tersebut, pemerintahan kolonial Belanda membagi badan peradilan menjadi tiga
kelompok berdasarkan golongan masyarakat di Hindia-Belanda.
Badan peradilan tersebut terdiri dari
peradilan untuk orang Eropa, peradilan orang Timur Asing, dan peradilan orang
pribumi. Dalam badan legislatif, pemerintah kolonial Belanda membentuk
Volksraad atau Dewan Rakyat tahun 1918.
B.
Dampak
Kolonialisme dan Imperialisme Dalam Bidang Ekonomi
Masuknya
bangsa Eropa di Indonesia membawa berbagai pengaruh termasuk dalam kehidupan
perekonomian bangsa Indonesia. Pada masa penjajahan, penduduk Indonesia
diperkenalkan dengan mata uang yaitu uang kertas dan logam.
Hal
ini kemudian yang mendorong munculnya sistem perbankan modern ditandai
dengan berdirinya de Javasche Bank, bank modern pertama di Hindia-Belanda yang
didirikan di Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1828.
Kehidupan
perekonomian yang mulai membaik kemudian mempengaruhi sektor lain seperti
pembangunan jalan raya pos Anyer hingga Panarukan, jaringan kereta api,
hingga industri pertambangan.
Meskipun
banyak pembangunan di berbagai daerah, hal tersebut sama sekali tidak membuat
kehidupan rakyat Indonesia makmur. Sistem kerja paksa, buah dari masif nya
pembangunan oleh Pemerintah Kolonial, membuat rakyat menderita. Selain kerja
paksa,
berikut
ini dampak lain dari kolonialisme dan imperialisme di bidang ekonomi:
1. Monopoli dan
penguasaan suatu daerah atau koloni oleh penjajah yang menimbulkan situasi yang
tidak sehat dalam hal perdagangan.
2.
Perekonomian
bergeser dari pertanian pangan menjadi industri perkebunan.
3. Praktik monopoli
perdagangan oleh VOC membuat mundurnya perdagangan Nusantara dari kancah
perdagangan internasional.
4. VOC memanfaatkan
para penguasa tradisional dalam mengeksploitasi tanah jajahandengan menerapkan
sistem indirect rule, dalam penyerahan wajib hasil bumi dan pemungutan
pajak hasil bumi.
5.
Penerapan sistem
tanam paksa menyebabkan rakyat Indonesia mengenal jenis tanaman baru.
6. Munculnya
pedagang-pedagang perantara dalam perdagangan internasional yang dipegang oleh
orang Timur Asing, sedangkan bangsa Indonesia hanya sebagai pengecer
7.
Munculnya
kota-kota baru di sekitar perusahaan-perusahaan Belanda.
8. Sistem ekonomi
uang yang diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia. Dampak yang ditimbulkan
salah satunya adalah sistem utang.
9. Dalam pengerjaan
lahan pertanian, penduduk memulai mengenal pinjaman modal. Namun mereka harus
mengembalikan uang dengan sistem bunga yang memperparah perekonomian.
C.
Dampak
Kolonialisme dan Imperialisme Dalam Bidang Sosial Budaya
Pada
masa penjajahan terutama masa penjajahan Belanda, pemerintah kolonial sering
berkomunikasi dengan bahasa Belanda. Kebiasaan tersebut sedikit banyak
mempengaruhi budaya penduduk Indonesia terutama bidang bahasa. Beberapa kata
dalam bahasa Indonesia memiliki kemiripan dengan bahasa Indonesia.
Contohnya,
kain untuk mengeringkan badan setelah mandi dalam bahasa Belanda adalah
Handdoek, sedangkan dalam bahasa Indonesia adalah Handuk. Selain bahasa,
bangsa Barat juga memperkenalkan berbagai macam hiburan seperti musik
internasional hingga tarian dansa.
Ilmu
arsitektur khas bangsa Barat juga banyak digunakan pada masa penjajahan. Banyak
bangunan bersejarah seperti Lawang Sewu di Kota Semarang yang menjadi saksi
bisu dampak kolonialisme di bidang budaya.
Sedangkan
dalam bidang sosial bisa dilihat dari menyebarnya agama Kristen Katolik dan
Kristen Protestan. Penyebaran agama Katolik dan Kristen Protestan tidak lepas
dengan para misionaris yang berasal dari bangsa Barat.
Selain
penyebaran agama baru, berikut ini dampak lain kolonialisme dan imperialisme di
bidang sosial:
1.
Terjadi perubahan
pelapisan sosial dalam masyarakat pada masa kolonial, yaitu:
a)
Golongan Timur
Asing yang terdiri dari orang Cina dan Timur Jauh
b)
Golongan Eropa
yang terdiri dari orang Belanda dan orang Eropa lainnya
c)
Golongan pribumi.
2. Ada mobilitas
sosial dengan adanya gelombang transmigrasi, terutama untuk memenuhi
tenaga-tenaga di perkebunan-perkebunan di luar Jawa yang dibuka oleh Belanda.
3. Muncul kelompok
buruh dan kelompok majikan. Hal ini disebabkan berdirinya pabrikdan perusahaan
sehingga pekerjaan masyarakat Indonesia menjadi dinamis.
4. Munculnya
masyarakat terdidik karena tuntutan memenuhi pegawai pemerintah sehingga
menyebabkan didirikannya sekolah-sekolah di berbagai kota. Faktor ini kemudian
mendorong lahirnya elit terdidik atau priyai cendikiawan di
perkotaan.
5. Terbentuknya
status sosial dimana yang tertinggi adalah Eropa lalu Asia dan Timur yang
terakhir kaum Pribumi.
6. Adanya penindasan
dan pemerasan secara kejam. Tradisi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia,
seperti upacara dan tata cara yang berlaku dalam lingkungan istana menjadi
sangat sederhana, bahkan cenderung dihilangkan. Tradisi tersebut secara
perlahan-lahan digantikan oleh tradisi pemerintah Belanda.
7. Daerah Indonesia terisolasi di laut sehingga kehidupan berkembang ke pedalaman. Kemunduran perdagangan di laut secara tak langsung menimbulkan budaya feodalisme di pedalaman. Dengan feodalisme rakyat pribumi dipaksa untuk tunduk atau patuh pada tuan tanah sehingga kehidupan penduduk Indonesia mengalami kemerosotan.
D.
Dampak
Kolonialisme dan Imperialisme Dalam Bidang Pendidikan
Pendidikan di Indonesia berkembang dan dianggap penting setelah adanya kebijakan Politik Etis pada masa Kolonial Belanda. Sekolah-sekolah mulai dibangun menggunakan sistem pendidikan barat dan hanya kalangan bangsawan saja yang bisa mendapatkan pendidikan tersebut.
Tersebarnya keadaan Rakyat Indonesia yang tertindas itu tidak lepas dari tokoh yang bernama Multatuli yang menerbitkan buku megenai keadaan masyarakat kala itu dengan judul Max Havelaar. Selain itu juga terdapat tulisan mengenai “Utang Kehormatan” oleh Van Deventer yang terbit di majalah Belanda, de Gids (Hoesein, 2010:14). Dalam tulisan tersebut dijelaskan bahwa Belanda berhutang kepada Bangsa Indonesia atas semua kekayaan yang mereka peroleh, sehingga perlu dibayarkan kembali untuk kesejahteraan pribumi.
Pemikiran Van Deventer itu kemudian dikenal dengan ethische politiek atau Politik Etis, yang berfokus pada tiga hal yaitu pendidikan, Perpindahan penduduk, dan irigasi. Sehingga pada tahun 1901, Ratu Wilhelmina mengumukan mengenai penyelidikan kesejahteraan di Jawa dan politik itupun disahkan (Ricklefs, 2007:320).
Dari politik etis yang diterapkan di Indonesia, yang paling besar pengaruhnya adalah dalam bidang pendidikan. Pada awalnya pendidikan ini diperuntukan untuk menghasilkan tenaga kerja pembantu pemerintahan dan hanya untuk kalangan Belanda serta kalangan priyayi, namun pada akhirnya sekolah-sekolah rakyat semakin berkembang. Sekolah-sekolah tersebut diantaranya ialah Eurepese Lagree School (ELS), STOVIA atau sekolah kedokteran, Hoogeree Burgelijk School (HBS), dan lainnya. Untuk kalangan pribumi kemudian disediakan sekolah Kelas Satu yang diperuntukan kalangan atas. Sedangkan untuk rakyat disediakan sekolah Kelas Dua atau disebut Sekolah Ongko Loro.
Berkembangnya pendidikan di kalangan pribumi ini juga memicu munculnya rasa kesadaran nasional untuk memerdekakan negara. Muncul golongan terdidik di kalangan pemuda. Kebanyakan golongan aktivis ini bersekolah di STOVIA atau Sekolah Dokter Jawa. Dengan semakin meluasnya pendidikan dan munculnya golongan pemuda terpelajar semakin menyebarkan rasa nasionalisme dikalangan Bangsa Indonesia.
Meskipun seakan memberikan kesempatan untuk rakyat
pribumi mengenyam pendidikan, tujuan dibangun sekolah oleh pemerintah Belanda
adalah untuk kepentingan mereka sendiri.
Belanda sengaja mendirikan sekolah agar bisa
mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang terdidik dan terampil namun
murah. Dampak dari kolonialisme dan imperialisme Belanda di bidang
pendidikan bisa di lihat berikut ini:
1.
Munculnya
golongan-golongan terpelajar di Indonesia.
2. Bangsa Indonesia
bisa membaca dan menulis sehingga dapat menjadi tenaga-tenaga kerja di
perusahaan Belanda.
3.
Bangsa Indonesia
menjadi tahu perkembangan yang terjadi di dunia luar.
Munculnya golongan
terpelajar di Indonesia yang mampu membaca, menulis, dan paham tentang dunia
luar, kemudian mendorong perjuangan para pemuda terpelajar untuk melakukan
perlawanan secara diplomasi.
Organisasi pelajar
pertama yang didirikan pada masa penjajahan adalah Boedi Oetomo. Organisasi
yang didirikan oleh dr. Wahidin Sudirohusodo, dr. Sutomo dan Suraji, menjadi
pelopor bangkitnya pergerakan nasional di Indonesia.
Setelah Boedi Oetomo
berdiri, banyak organisasi lainnya yang berdiri. Meskipun banyak organisasi
yang terbentuk, tujuan dari organisasi tersebut tetap sama yaitu berjuang untuk
melepaskan Indonesia dari jajahan kolonialisme.
Perhatikan Video Materi Berikut:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar