Kolonialisme adalah sebuah paham tentang penguasaan suatu negara oleh negara atau bangsa lainnya dengan tujuan memperluas kekuasaan negara tersebut. Lalu, imperialisme adalah sebuah sistem politik yang dilakukan dengan menjajah negara lain, bertujuan untuk mendapatkan kekuasaan dan keuntungan sebesar mungkin.
Perusahaan Hindia Timur Belanda, secara resmi bernama Persatuan Perusahaan Hindia Timur (bahasa Belanda: Vereenigde Oostindische Compagnie; disingkat VOC) didirikan pada 20 Maret 1602. VOC adalah persekutuan dagang asal Belanda yang memiliki monopoli untuk aktivitas perdagangan di Asia.
Penjajahan Belanda di Indonesia berlangsung selama 350 tahun atau 3,5 abad lamanya. Pada tahun 1596, bangsa Belanda pertama kali mendarat di wilayah Banten, Indonesia, di bawah kepemimpinan Cornelis de Houtman. Tujuan Belanda datang yakni untuk berdagang dan mendapatkan rempah-rempah dengan harga murah.
Awal mula kedatangan Belanda Ke Indonesia yaitu berdagang, karena melihat di Nusantara terdapat banyak rempah-rempah maka Belanda berkeinginan untuk mendapatkan rempah-rempah tersebut. Karena kedatangan Belanda tidak hanya mencari rempah-rempah dan berdagang, namun juga ingin menguasai wilayah Nusantara maka timbulah perlawanan dari rakyat terhadap pemerintah Belanda.
Dampak dari imperialisme dan kolonialisme juga memicu rasa nasionalis dan cinta tanah air rakyat Indonesia, sehingga bersatu untuk melawan penjajah akibat adanya penindasan. Imperialisme dan kolonialisme bangsa Eropa terhadap Indonesia berdampak pada seluruh berbagai aspek yaitu aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan Pendidikan.
ada tahun 1749
terjadi perubahan yang mendasar dalam lembaga kepengurusan VOC. Pada tanggal 27
Maret 1749, Parlemen Belanda mengeluarkan UU yang menetapkan bahwa Raja Willem
IV sebagai penguasa tertinggi VOC. Pengurus VOC mulai akrab dengan pemerintah
Belanda.
Pengurus tidak
lagi berpikir memajukan usaha perdagangannya, tetapi berpikir untuk memperkaya
diri. Dengan demikian VOC diambang kebangkrutan.
Setidaknya ada
dua unsur besar yang menjadi penyebab bubarnya VOC, yakni faktor eksternal dan
faktor internal.
Faktor Ekternal
1.Pemimpin Kerajaan Belanda, Willem V,
digulingkan oleh Perancis di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte pada 1795.
Dampaknya, Belanda dan seluruh wilayah koloninya harus takluk kepada Perancis.
2.Perubahan politik dan pemerintahan ini
berdampak cukup besar terhadap VOC. Pemerintah Perancis semakin mempersulit
ruang gerak VOC karena aksi-aksinya dianggap bertentangan dengan semangat
kebebasan dan kesetaraan yang sedang digaungkan.
Faktor Internal
1.Korupsi yang mencapai tingkat parah dan
akut, dari pegawai rendah sampai ke pejabat tinggi.
2.Tingkah-laku para pegawai atau pejabat
VOC yang justru saling menjatuhkan.
3.Maraknya praktek penyelundupan atau
perdagangan ilegal yang tersebar dan semakin meluas.
4.Beban utang untuk biaya perang di
berbagai wilayah yang semakin besar.
5.Anggaran untuk mengoperasikan kegiatan,
termasuk membayar pegawai, sangat tinggi. Pendapatan yang semakin menipis,
terlebih setelah hak istimewa dicabut.
6.Persaingan sengit dengan CDI atau Compagnie des Indes (Perancis) dan EIC
atau East India Companny (Inggris).
Pada tahun 1614 Pieter Both digantikan oleh
Gubernur Jenderal Gerard Reynst (1614-1615). Baru berjalan satu tahun ia digantikan
gubernur jenderal yang baru yakni Laurens Reael (1615-1619). Pada masa jabatan
Laurens Reael ini berhasil dibangun Gedung Mauritius yang berlokasi di tepi
Sungai Ciliwung.
Setelah merasakan nikmatnya tinggal di Nusantara dan
menikmati keuntungannya yang melimpah dalam berdagang, Belanda semakin bernafsu
ingin menguasai. Pada tahun 1618 Sultan Banten yang dibantu tentara Inggris di
bawah Laksamana Thomas Dale berhasil mengusir VOC dari Jayakarta. Orang-orang
VOC kemudian menyingkir ke Maluku. Setelah VOC hengkang dari Jayakarta pasukan
Banten pada awal tahun 1619 juga mengusir Inggris dari Jayakarta. Dengan
demikian Jayakarta sepenuhnya dapat dikendalikan oleh Kesultanan Banten.
Tahun 1619 Gubernur Jenderal VOC Laurens Reael digantikan oleh Gubernur
Jenderal Jan Pieterzoon Coen (J.P. Coen). Merasa bangsanya dipermalukan pasukan
Banten dan Inggris di Jayakarta, maka J.P. Coen mengepung Jayakarta dan
dibumihanguskan pada tanggal 30 Mei 1619. Jayakarta kemudian dibangun menjadi kota baru bergaya
kota dan bangunan di Belanda. Kota baru itu dinamakan Batavia sebagai pengganti
nama Jayakarta.
J.P. Coen adalah gubernur jenderal
dikenal sebagai peletak dasar penjajahan VOC di Indonesia. J.P.Coen berusaha
meningkatkan eksploitasi kekayaan bumi Nusantara. Cara-cara VOC untuk
meningkatkan eksploitasi kekayaan alam dilakukan antara lain dengan:
1.Merebut pasaran produksi pertanian,
biasanya dengan memaksakan monopoli, seperti monopoli rempah-rempah di Maluku.
2.Tidak ikut aktif secara langsung
dalam kegiatan produksi hasil pertanian. Cara memproduksi hasil pertanian
dibiarkan berada di tangan kaum Pribumi, tetapi yang penting VOC dapat
memperoleh hasil-hasil pertanian itu dengan mudah, sekalipun harus dengan
paksaan.
3.VOC sementara cukup menduduki
tempat-tempat yang strategis.
4.VOC melakukan campur tangan terhadap
kerajaan-kerajaan di Nusantara, terutama menyangkut usaha pengumpulan hasil
bumi dan pelaksanaan monopoli. Dalam kaitan ini VOC memiliki daya tawar yang
kuat, sehingga dapat menentukan harga.
5.Lembaga-lembaga pemerintahan
tradisional/kerajaan masih tetap dipertahankan dengan harapan bisa
dipengaruhi/dapat diperalat, kalau tidak mau baru diperangi.
VOC semakin serakah dan bernafsu
untuk menguasai Nusantara yang kaya rempah-rempah ini. Mereka melakukan Politik
devide et impera dan berbagai tipu daya juga dilaksanakan demi mendapatkan
kekuasaan dan keuntungan sebesar-besarnya. Devide et impera merupakan politik
pecah belah atau disebut juga dengan adu domba adalah kombinasi strategi
politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan
dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih
mudah ditaklukan. Beberapa tindakan yang dilakukan VOC antara lain sebagai
berikut:
1.Tahun 1605 VOC sudah berhasil
mengusir Portugis dari Ambon. VOC menjadi berjaya setelah berhasil melakukan
monopoli perdagangan rempah-rempah di Kepulauan Maluku. Untuk mengendalikan
pelaksanaan monopoli di kawasan ini dilaksanakan Pelayaran Hongi. Pelayaran
hongi adalah suatu sistem operasi keamanan VOC yang bertujuan menjaga,
mengawasi, sekaligus mencegah adanya pelanggaran perdagangan dari para pedagang
yang mencari rempah-rempah di wilayah nusantara.
2.Mataram yang merupakan kerajaan kuat
di Jawa akhirnya juga dapat dikendalikan secara penuh oleh VOC. Raja Pakubuwana
II Gambar dipaksa untuk menandatangani naskah penyerahan kekuasaan Kerajaan
Mataram kepada VOC pada tahun 1749.
3.Untuk memperkokoh kedudukannya di
Indonesia bagian barat dan memperluas pengaruhnya di Sumatera, VOC berhasil
menguasai Malaka setelah mengalahkan saingannya, Portugis pada tahun 1641.
4.Berikutnya VOC berusaha meluaskan
pengaruhnya ke Aceh. Kerajaan Makassar di bawah Sultan Hasanuddin yang tersohor
di Indonesia bagian timur juga berhasil dikalahkan setelah terjadi Perjanjian
Bongaya tahun 1667.
5.Dari Makasar VOC juga berhasil
memaksakan kontrak dan monopoli perdagangan dengan Raja Sulaiman dari
Kalimantan Selatan.
6.Benteng-benteng pertahanan dibangun.
Sebagai contoh Benteng Doorstede dibangun di Saparua, Benteng Nasau di Banda,
di Ambon sudah ada Benteng Victoria, Benteng Oranye di Ternate, dan Benteng
Rotterdam di Makasar.
7.Orang Belanda yang pertama
kali sampai ke Irian adalah Willem Janz. Tahun 1616- 1617 Le Maire dan William
Schouten mengadakan survei di daerah pantai timur laut Irian dan menemukan
Kepulauan Admiralty. Pengaruh VOC di Irian semakin kuat. Bahkan pada tahun
1667, Pulaupulau yang termasuk wilayah Irian yang semula berada di bawah
kekuasaan Kerajaan Tidore sudah berpindah tangan menjadi daerah kekuasaan VOC.
Awalnya, tujuan utama bangsa
Eropa terutama Belanda melakukan perjalanan menuju Asia termasuk Nusantara
adalah untuk melakukan jual-beli saja. Misi dagang tersebut kemudian berkembang
dengan keinginan bangsa Belanda untuk membentuk pemukiman (kolonisasi) di
Nusantara supaya perdagangan menjadi lebih mudah. Pada awal abad 16,
perdagangan rempah-rempah Nusantara didominasi oleh Portugis dan Spanyol.
Namun, perdagangan tersebut tidak efisien karena tidak mampu menyuplai
permintaan yang terus meningkat, terutama pada rempah-rempah jenis lada, hingga
menyebabkan harga menjadi meroket.
Selain itu, pihak Portugis dan Spanyol saat
itu (1580) sedang dalam keadaan perang dengan Belanda, sehingga menyebabkan
kekhawatiran bagi pihak Belanda. Akhirnya, dari adanya beberapa faktor
tersebut, mendorong Belanda untuk memasuki Nusantara demi perdagangan
rempah-rempah.
Jan Huyghen Van Linschoten dan Cornelis de
Houtman menemukan “jalur rahasia” dari pelayaran Portugis yang akhirnya dapat
membawa mereka menuju Banten, yang menjadi pelabuhan utama di pulau Jawa pada
tahun 1595-1597.
Ekspedisi yang dipimpin oleh Cornelis de
Houtman akhirnya sampai ke Banten, tetapi mereka terlibat dalam perseteruan
pihak Portugis dan penduduk lokal. Perseturuan tersebut menyebabkannya
kehilangan beberapa awak kapalnya. Akhirnya Belanda resmi mendirikan Veredigne
Oost-Indische Compagnie (VOC) yang berarti Perserikatan Dagang Hindia Timur di
Amsterdam.
Lalu, pada 1602, Belanda kembali ke Nusantara
dan mendirikan kongsi dagang bernama VOC tersebut dan bersaing sengit dengan
beberapa negara seperti Portugis, Spanyol, Inggris, dan Perancis. Kongsi dagang tersebut mendirikan markasnya di Batavia
(sekarang menjadi Jakarta). Kemudian, para anggotanya ikut mendirikan tempat di
Indonesia, terutama di Maluku karena kaya akan rempah-rempahnya. Metode yang
digunakan untuk mempertahankan monopoli dagang adalah menggunakan kekerasan,
pemerasan, hingga pembunuhan terhadap penduduk lokal.
Pada 20 Maret 1602 secara resmi
dibentuk persekutuan kongsi dagang Belanda di Nusantara dengan nama Vereenigde
Oost Indische Compagnie (VOC) atau dapat disebut dengan “Perserikatan Maskapai
Perdagangan Hindia Timur/Kongsi Dagang India Timur”. VOC secara resmi didirikan
di Amsterdam. Adapun tujuan dibentuknya VOC ini antara lain untuk:
1. Menghindari persaingan yang tidak
sehat antara sesama kelompok/kongsi pedagang Belanda yang telah ada,
2. Memperkuat kedudukan
Belanda dalam menghadapi persaingan dengan para pedagang negara lain
Tujuan
utama dari pembentukan VOC telah tercantum dalam perundingan 15 Januari 1602,
yakni “menimbulkan bencana bagi musuh dan guna keamanan tanah air”. Kata “musuh” dalam perundingan
tersebut mengacu pada bangsa Portugis dan Spanyol karena dua negara tersebut
saling bergabung menjadi satu kekuasaan dan hendak merebut dominasi perdagangan
di Asia (sebelumnya dikuasai oleh Belanda). Sehingga, melalui adanya VOC,
bangsa Belanda masih dapat menjalin hubungan baik dengan masyarakat Nusantara.
Pada 1610 secara kelembagaan
diciptakan jabatan baru dalam organisasi VOC, yakni jabatan gubernur jenderal.
Gubernur jenderal merupakan jabatan tertinggi yang bertugas mengendalikan
kekuasaan di negeri jajahan VOC. Gubernur jenderal VOC yang pertama adalah
Pieter Both (1610-1614). Berikut ini beberapa nama Gubernur Jenderal VOC.
Gubernur Jenderal VOC
1.
Pieter Both
19 Desember 1610
6 November 1614
2.
Gerard Reynst
7 November 1614
1615
3.
Laurens Reael
1615
20 Mei 1619
4.
Jan Pieterszoon Coen
25 Oktober 1617
31 Januari 1623
5.
Pieter de Carpentier
1 Februari 1623
30 September 1627
6.
Jan Pieterszoon Coen
3 Oktober 1624
21 September 1629
7.
Pieter Gerardus van Overstraten
16 Agustus 1796
31 Desember 1799
Pieter Both pertama kali mendirikan pos perdagangan di Banten
pada tahun 1610. Kemudian pada tahun 1611 Pieter Both berhasil mengadakan perjanjian
dengan penguasa Jayakarta, guna pembelian sebidang tanah yang berlokasi di
sebelah timur Muara Ciliwung. Tanah inilah yang menjadi cikal bakal hunian dan
daerah kekuasaan VOC di tanah Jawa dan menjadi cikal bakal Kota Batavia.
Pieter Both juga berhasil mengadakan perjanjian
dan menanamkan pengaruhnya di Maluku dan berhasil mendirikan pos perdagangan di
Ambon. Tahun 1605 VOC telah berhasil mengusir Portugis dari Ambon. Benteng
pertahanan Portugis di Ambon dapat diduduki tentara VOC. Benteng itu kemudian
oleh VOC diberi nama Benteng Victoria.
Tujuan dibentuknya VOC ini antara lain:
1.Menghindari persaingan yang
tidak sehat antara sesama kelompok/kongsi pedagang Belanda yang telah ada
2.Memperkuat kedudukan para
pedagang Belanda dalam menghadapi persaingan dengan para pedagang negara lain
3.Sebagai kekuatan revolusi
(dalam perang 80 tahun), sehingga VOC memiliki tentara
4.Memonopoli rempah-rempah di
Asia
5.Memegang kekuasaan atas
kerajaan-kerajaan di Indonesia
6.Memperkuat posisi Belanda di
dunia Internasional
7.Menyokong anggaran dana kepada
pemerintah Belanda
VOC dipimpin oleh sebuah dewan yang beranggotakan 17 orang direktur,
sehingga disebut “Dewan Tujuh Belas” yang juga disebut dengan Heeren XVII.
Heeren XVII ini maksudnya para tuan, misalnya Lord, Duke, Count, dari 17
provinsi yang ada di Belanda sebagai pemilik saham VOC. Mereka terdiri atas delapan
perwakilan kota pelabuhan dagang di Belanda. Markas Besar Dewan ini
berkedudukan di Amsterdam.
Dalam menjalankan tugas, VOC ini memiliki beberapa kewenangan dan
hak-hak antara lain:
1.Melakukan monopoli perdagangan
di wilayah antara Tanjung Harapan sampai dengan Selat Magelhaens, termasuk
Kepulauan Nusantara,
2.Membentuk angkatan perang
sendiri,
3.Melakukan peperangan,
4.Mengadakan perjanjian dengan
raja-raja setempat
5.Mencetak dan mengeluarkan mata
uang sendiri,
6.Mengangkat pegawai sendiri,
7.Memerintah di negeri jajahan.
Kewenangan di atas sering disebut dengan hak
oktroi. Hak oktroi VOC adalah hak untuk monopoli
perdagangan rempah-rempah, mencetak mata uang sendiri, memiliki pasukan dan
aramda laut, membangun benteng serta hak membuat perjanjian dan menyatakan
perang. Oleh pemerintah Belanda, VOC diberi hak khusus (Hak oktroi)
yaitu wewenang untuk:
1. Hak monopoli terhadap perdagangan rempah-rempah
2. Hak untuk mencetak mata uang sendiri
3. Memiliki pasukan, dan memiliki armada laut sendiri,
4. Membangun benteng dan gudang,
5. Dapat membuat perjanjian menyatakan perang dan damai dengan negara
lain.
Petualangan, penjelajahan, dan Penemuan Dunia Baru
Bertahun-tahun lamanya Laut Tengah menjadi pusat perdagangan
internasional antara para pedagang dari Barat/Eropa dan Timur. Salah satu
kota pusat perdagangan itu yang terkenal adalah Konstantinopel. Banyak jenis
komoditas di pasar Konstantinopel. Misalnya batu mulia, emas dan perak,
gading, sutera dan juga yang penting rempah-rempah. Orang-orang Eropa
sangat menyenangi rempah-rempah. Para pedagang dari Barat atau orang - orang Eropa itu mendapatkan rempah-rempah lebih mudah, dan dengan
harga lebih murah. Namun, setelah jatuhnya Konstantinopel tahun 1453
ke tangan Turki Usmani, akses bangsa-bangsa Eropa untuk mendapatkan
rempah-rempah yang lebih murah di kawasan Laut Tengah menjadi tertutup.
Harga rempah-rempah di pasar Eropa melambung sangat tinggi. Oleh karena
itu, mereka berusaha mencari dan menemukan daerah-daerah penghasil
rempah-rempah ke timur.
Tujuan mereka terkait dengan:
• gold : memburu kekayaan dan keuntungan dengan mencari dan
mengumpulkan emas perak dan bahan tambang serta
bahan-bahan lain yang sangat berharga.
• glory : memburu kejayaan, superioritas, dan kekuasaan. Dalam
kaitan ini mereka saling bersaing dan ingin berkuasa di dunia
baru yang ditemukannya.
• gospel : menjalankan tugas suci untuk menyebarkan agama. Pada
mulanya orang-orang Eropa ingin mencari dan bertemu
Prester John yang mereka yakini sebagai Raja Kristen yang
berkuasa di Timur.
Mengenai ketiga jenis tujuan: gold, glory, dan gospel itu sebenarnya lebih
dimiliki dan digelorakan oleh Portugis dan Spanyol.
A.Penjelajahan
yang dilakukan oleh bangsa spanyol:
Penjelajahan Spanyol untuk mencari daerah
baru penghasil rempah-rempah di timur dipelopori oleh Christhoper Colombus pada
tanggal 3 Agustus 1492, berangkat dari pelabuhan Spanyol berlayar menuju ke
arah barat. Pada tanggal 12 Oktober 1492 rombongan Colombus berhasil mendarat
di Kepulauan Bahama (San Salvador). Colombus mengira ia telah sampai di Tanah
Hindia, oleh karena itu penduduk setempat ia namakan orang-orang Indian, oleh
karena itu Colombus dikenal sebagai penemu benua Amerika. Merasa ekspedisinya
telah berhasil ia kembali ke Spanyol pada tahun 1493.
Selanjutnya pelaut Magelhaens beserta
kapten kapalnya Yan Sebastian del Cano melakukan pelayanan dengan mengambil
jalur yang mirip dilayari Colombus. Rombongan Magelhaens tiba di Kepulauan
Massava (Filipina) pada April 1521, Magelhaens menyatakan bahwa daerah yang
ditemukannya sebagai koloni Spanyol. Tindakan Magelhaens ini mendapat tantangan
dari penduduk setempat dan terjadilah peperangan. dan Magelhaens sendiri
terbunuh dalam peperangan itu.
Selanjutnya penjelajahan tersebut
diteruskan oleh Yan Sebastian del Cano. Pada tahun 1521 mereka sampai di
Kepulauan Maluku yang ternyata tempat penghasil rempah-rempah. Tanpa pikir
panjang kapal rombongan del Cano dipenuhi dengan rempah-rempah dan bertolak
kembali ke Spanyol. Rombongan del Cano berlayar menuju ke arah barat, hingga
melewati Tanjung Harapan di Afrika Selatan dan diteruskan menuju Spanyol.
B.Penjelajahan bangsa portugis:
Keberhasilan Spanyol menemukan wilayah
baru membuat Raja Portugis yakni Manuel I penasaran. Sang raja menitahkan Vasco
da Gama untuk berlayar dan menemukan daerah yang kaya akan rempah-rempah.
Elaine Sanceau dalam Good Hope: the Voyage of Vasco Da Gama (1967)
mengungkapkan, perjalanan Vasco da Gama dimulai melalui rute Tanjung Harapan,
Afrika. Mereka selanjutnya mengembangkan layar menuju Lautan Hindia. Tahun
1498, Vasco da Gama beserta awak kapalnya tiba di Goa, pantai sebelah barat
India. Di negeri ini, Portugis membangun kantor dagang beserta benteng
pertahanan. Vasco da Gama diberikan hak kuasa atas daerah Goa oleh Raja
Portugis. Rombongan Portugis berikutnya dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque
untuk melanjutkan upaya dari Vasco da Gama. Pelayaran Alfonso de Albuquerque
akhirnya sampai di Malaka, kawasan barat Nusantara. Diawali ekspedisi
Bartholomeus Diaz yang menemukan Tanjung Harapan (Afrika Selatan). Dilanjutkan
ekspedisi di bawah pimpinan Vasco da Gama yang mencapai India. Diteruskan
dengan ekspedisi Alfonso de Albequerque yang berhasil menguasai Malaka pada
tahun 1511.
Kemudian, berlanjut dengan ekspedisi
Antonio de Abreu yang dapat mencapai wilayah sumber rempah-rempah, yakni
Maluku, pada tahun 1512. Dari Pelabuhan Lisabon (ibukota Portugal), para
penjelajah Portugis menuju Tanjung Harapan (Afrika Selatan), lalu ke India
(Kalkut), kemudian ke Malaka, dan akhirnya sampai di Maluku. Jika diringkas,
rute perjalanan Bangsa Portugis ke Indonesia adalah: Lisabon-Tanjung
Harapan-India-Malaka-Maluku.
C.Penjelajahan bangsa
belanda:
Para penjelajah Belanda pertama kali
masuk ke kepulauan Nusantara pada tahun 1595 dengan empat buah kapal, 64 pucuk
meriam, dan 249 awak yang dikomandoi oleh Cornelis de Houtman. Rombongan
Cornelis de Houtman sampai di Banten setahun setelahnya, atau 1596. Dari
Banten, rombongan ini melanjutkan pelayaran ke arah timur dengan menyusuri
pantai Utara Jawa hingga ke Bali. Cornelis de Houtman dikenal sebagai kapten
kapal yang bertabiat buruk. Semula kedatangannya diterima oleh orang-orang
Nusantara dengan tangan terbuka. Namun, ulahnya mengubah relasi itu menjadi
perseteruan dan peperangan.
Meskipun begitu, rombongan de Houtman
berhasil kembali ke Belanda pada 1597 dengan membawa serta banyak peti berisi
rempah. Pelayaran pertama Belanda untuk mencari rempah di Nusantara kemudian
dianggap sukses. Keberhasilan rombingan de Houtman kemudian mendorong
pelayaran-pelayaran lain dari Belanda menuju wilayah nusantara.
Pelayaran-pelayaran yang dilakukan setelah kembalinya rombongan de Houtman
dikenal dengan masa wilde vaart (pelayaran tak teratur). Pada 1598, sebanyak 22
kapal bertolak dari Belanda untuk mengikuti langkah rombongan Cornelis de
Houtman. Kapal-kapal tersebut bukan merupakan kapal kerajaan, melainkan milik
perusahan-perusahaan swasta Belanda. Salah satu rombongan di gelombang
pelayaran kedua tersebut dipimpin oleh Jacob van Neck. Berbeda dengan de
Houtman, van Neck bersikap lebih hati-hati dan tidak mencoba melawan para
penguasa lokal Nusantara. Pada Maret 1599, rombongan van Neck berhasil mencapai
Maluku yang kala itu menjadi penghasil utama rempah-rempah dalam jumlah besar.
Keberhasilan van Neck menjangkau Maluku membuatnya untung besar saat kembali ke
Belanda. Pada 1601, gelombang pelayaran menuju nusantara kembali datang dari
Belanda. Sebanyak 14 buah kapal ikut dalam gelombang pelayaran ketiga ini.
Rangkaian pelayaran itu lantas diikuti
dengan langkah orang-orang Belanda memonopoli perdagangan rempah di sejumlah
daerah nusantara. Sejarawan M. C. Ricklefs menyebutkan kesuksesan orang-orang
Belanda memonopoli perdagangan rempah di Nusantara dikarenakan mereka belajar
dari kesalahan Portugis. Sebenarnya, baik Spanyol dan Portugis mencoba
merahasiakan keberadaan kepulauan Nusantara dari bangsa lain di Eropa. Namun,
terdapat awak kapal asal Belanda dalam kapal Portugis yang melakukan
penjelajahan. Orang-orang inilah yang membuat catatan terperinci tentang
seluk-beluk strategi, kelebihan, dan kekurangan pelayaran yang dilakukan
Portugis. Tiga gelombang pelayaran orang-orang Belanda ke Nusantara membuat
terdapat beberapa perusahaan dagang yang saling bersaing di Nusantara.
Akibatnya, keuntungan perdagangan rempah di pasar Eropa berkurang. Untuk
menanggulangi dampak persaingan tersebut, pada 1602, dibentuklah Vereenig de
Oost Indische Compagnie (VOC) sebagai perserikatan dagang Belanda. Lewat VOC,
perusahaan dagang swasta bersatu dan menghilangkan persaingan sesama pedagang
Belanda. Berdirinya VOC juga menjadi tonggak dominasi Belanda di nusantara.
Setelah berhasil memonopoli perdagangan rempah, menguasai Batavia dan sebagian
Jawa, hingga mengendalikan raja-raja lokal, VOC menjadi representasi awal dari
kolonialisme Belanda di nusantara.
D.Penjelajahan Bangsa Inggris:
Dalam memimpin rombongan penjelajahan ini, Francis Drake
dibantu oleh Thomas Cavendis. Rombongan Inggris berhasil mencapai Ternate pada
tahun 1579. Sesampainya di sana, rombongan tersebut memborong rempah-rempah
untuk dibawa pulang ke Inggris. Rombongan Francis Drake kembali ke Inggris pada
tahun 1580. Penjelajahan samudera yang dilakukan oleh Bangsa Inggris
mendatangkan keuntungan yang sangat melimpah. Sejak melakukan penjelajahan ke
dunia timur, Inggris telah berhasil menanamkan pengaruhnya di beberapa wilayah
di Asia. Tak hanya itu, Inggris juga memiliki keinginan untuk merebut wilayah
Indonesia dari Belanda dan Portugis. Wilayah ini nantinya tidak hanya dijadikan
sebagai ladang monopoli dagang, akan tetapi juga dijadikan wilayah kekuasaan
pilitik.
Kedatangan Inggris pada awal abad ke-17 ditujukan guna
memperluas kekuasaan politik Inggris di wilayah Asia. Kedatangan Inggris kali
ini bertepatan dengan kekacauan yang terjadi di daerah Jayakarta. Pada saat
itu, Jayakarta tengah berseteru dengan Banten akibat politik adu domba yang
dilakukan oleh VOC. Penguasa Jayakarta yang menyadari kelicikan VOC mengizinkan
Ingris untuk membangun gudang kayu di dekat kantor dagang VOC. Tindakan yang
dilakukan penguasa Jayakarta membuat VOC geram dan segera melancarkan serangan
ke arah pusat pemerintahan Jayakarta. Penguasa Jayakarta pada saat itu,
Wijayakrama meminta bantuan Inggris untuk menghadapi serangan VOC.
Pada tahun 1619 terjadilah perang laut yang merupakan
puncak perseteruan antara Jayakarta dan VOC. Dalam perang laut ini Jayakarta
mendapatkan bantuan pasukan dari tentara Inggris. Armada perang Inggris terdiri
atas lima belas kapal laut yang dipimpin oleh Sir Thomas Dale melakukan
intervensi terhadap kapal-kapal VOC di perairan Jawa. Meskipun dalam peperangan
ini Jayakarta memperoleh kemenangan, akan tetapi kemenangan ini hanya
berlangsung sehari. selanjutnya, VOC berhasil menguasai Jayakarta. Pada tahun
1628 Inggris berhasil menjalin kerja sama dengan Banten. Kerja sama ini
dibuktikan dengan Banten mengizinakan Inggris untuk mendirikan pangkalan dagang
utama Asia Tenggara di Banten. Pembangunan benteng Inggris bertujuan untuk
menjamin perdagangan lada dan keamanan wilayah akibat blokade VOC di Banten.
gambar penjelajahan bangsa eropa ke Nusantara:
Video tentang penjelajahan bangsa eropa ke Nusantara:
Di dalam sejarah bangsa-bangsa di dunia dikenal adanya masa penjelajahan samudra. Aktivitas penjelajahan samudra ini dalam rangka untuk menemukan dunia baru. Aktivitas penemuan dunia baru ini tidak terlepas dari motivasi dan keinginannya untuk bertahan hidup, memenuhi kepuasan dan kejayaan dalam kehidupan di dunia. Bahkan bukan sekedar motivasi, tetapi juga muncul nafsu untuk menguasai dunia baru itu demi memperoleh keuntungan ekonomi dan kejayaan politik. Pertanyaannya adalah daerah mana yang dimaksud dunia baru itu? Yang dimaksud dunia baru waktu itu pada mulanya adalah wilayah atau bagian dunia yang ada di sebelah timur (timurnya Eropa). Wilayah itu sebagai penghasil bahan-bahan yang sangat diperlukan dan digemari oleh bangsa-bangsa Eropa. Bahan-bahan yang dimaksudkan itu adalah rempah-rempah seperti cengkih, lada, dan pala.
Daerah yang menghasilkan rempahrempah itu tidak lain adalah Kepulauan Nusantara. Orang-orang Eropa menyebut daerah itu dengan nama Hindia. Bagaikan “memburu mutiara dari timur”, orang-orang Eropa berusaha datang ke Kepulauan Nusantara untuk mendapatkan rempah-rempah. Dalam konteks penemuan dunia baru itu kemudian tidak hanya Kepulauan Nusantara, tetapi juga daerah-daerah lain yang ditemukan orang-orang Eropa pada periode penjelajahan samudra, misalnya Amerika dan daerah-daerah lain di Asia.
Sejarah umat manusia sudah sejak lama mengglobal. Peristiwa sejarah di suatu tempat sangat mungkin terpengaruh atau menjadi dampak dari peristiwa lain yang terjadi di tempat yang cukup jauh. Perkembangan ini sudah sangat nyata seiring dengan semakin ramainya perdagangan melalui “Jalur Sutera” eknologi juga merupakan faktor penting untuk melakukan pelayaran bagi bangsa-bangsa Barat menuju Tanah Hindia/Kepulauan Nusantara. Sementara itu semangat dan dorongan untuk melanjutkan Perang Salib disebut-sebut juga ikut mendorong kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Indonesia.
Jalur Sutera adalah sebuah jalur perdagangan melalui Asia yang menghubungkan antara Timur dan Barat dengan dihubungkan oleh pedagang, pengelana, biarawan, prajurit, nomaden dengan menggunakan karavan dan kapal laut, dan menghubungkan Chang'an, Republik Rakyat Cina, Tiongkok dengan Athiokia, Suriah dan juga tempat lainnya pada waktu yang bervariasi. Pengaruh jalur ini terbawa sampai ke Korea dan Jepang.
Gambar Jalur Sutera berikut:
Dengan adanya Jalur Sutera, muncul seperti halnya pusat ekonomi di daerah-daerah yang dilalui jalur ini. seiring berjalannya waktu, jalur sutera ini mengalami perkembangan ekonomi yang semakin menyebar ke berbagai daerah lain disetiap negara. selain perekonomian, jalur ini juga membantu persebaran agama dan kebudayaan. hal ini kemudian akan berperan dalam perkembangan perekonomian dalam sekala Global.